Akhirnya! Ilmuwan Temukan Cara Melawan Penyakit Saraf yang Selama Ini Dianggap Tak Tertolong
Sebuah pengobatan baru menunjukkan harapan untuk melawan penyakit neurodegeneratif ALS yang mematikan, sebuah penelitian yang didasarkan pada tikus menunjukkan pada hari Selasa.
Sklerosis lateral amiotrofik, kadang-kadang disebut penyakit Lou Gehrig, diambil dari nama pemain bisbol terkenal, menghancurkan sel-sel saraf di otak dan sumsum tulang belakang.
Penyakit ini mempengaruhi sekitar 30.000 orang Amerika pada waktu tertentu, menyebabkan hilangnya fungsi motorik dan kognitif secara progresif. Kebanyakan pasien meninggal dalam waktu lima tahun setelah diagnosis mereka.
Dalam penelitian baru yang dipublikasikan di jurnal Biologi PLOSsebuah tim yang dipimpin oleh Jeffrey Agar dari Universitas Northeastern menyelidiki cara untuk menargetkan dan menstabilkan enzim berlimpah yang menjaga sel aman dari produk sampingan beracun dari konsumsi makanan dan pernapasan oksigen.
Mutasi yang diwariskan pada gen yang bertanggung jawab untuk produksi protein ini, yang disebut SOD1, terlibat dalam banyak kasus ALS, dan pada saat lain mutasi tersebut dapat terjadi tanpa riwayat keluarga.
Gen SOD1 yang tidak berfungsi menyebabkan protein berkumpul menjadi bentuk yang salah. Hal ini mencegahnya melakukan tugasnya, namun juga dapat memicu penumpukan gumpalan protein yang juga merupakan ciri khas penyakit Alzheimer, Parkinson, dan penyakit lainnya.
Agar mengatakan kepada AFP bahwa selama 12 tahun, dia dan rekannya telah menemukan dan menguji “penstabil molekul,” S-XL6, yang bertindak seperti “jahitan” dan memaksa protein untuk tetap dalam konfigurasi yang benar.

Dalam dunia medis yang terus berkembang, harapan baru akhirnya muncul bagi para penderita penyakit saraf yang selama ini dianggap tak memiliki jalan keluar. Sebuah terobosan besar dari tim ilmuwan internasional telah mengguncang dunia sains dan memberikan sinyal positif bagi pasien yang selama ini harus pasrah menghadapi kondisi neurologis yang fatal.
Penemuan yang Mengubah Segalanya
Studi terbaru yang dipublikasikan di jurnal ilmiah bergengsi mengungkap pengobatan eksperimental yang mampu memperlambat—bahkan dalam beberapa kasus, membalikkan—kerusakan saraf yang selama ini diyakini tidak bisa disembuhkan. Pengobatan ini dikembangkan melalui pendekatan terapi gen dan regenerasi sel saraf menggunakan teknologi mutakhir berbasis protein rekombinan dan stem cell (sel punca).
Penelitian ini berfokus pada penyakit seperti Amyotrophic Lateral Sclerosis (ALS), Penyakit Huntington, dan atrofi otot tulang belakang (Spinal Muscular Atrophy/SMA)—semuanya dikenal sebagai penyakit yang progresif, mematikan, dan belum memiliki pengobatan yang benar-benar efektif.
Bagaimana Cara Kerjanya?
Terapi ini bekerja dengan menargetkan langsung akar penyebab kerusakan sistem saraf. Melalui penyisipan gen tertentu ke dalam sel saraf menggunakan vektor virus yang dimodifikasi, pengobatan ini mendorong produksi protein pelindung yang sebelumnya tidak bisa dihasilkan secara alami oleh tubuh pasien.
Selain itu, penggunaan sel punca memungkinkan regenerasi jaringan saraf yang rusak, memberikan kesempatan bagi tubuh untuk memperbaiki dirinya sendiri. Dalam uji klinis tahap awal, para pasien menunjukkan peningkatan fungsi motorik, penurunan gejala, dan kualitas hidup yang jauh lebih baik dibandingkan sebelumnya.
Hasil yang Menjanjikan
Dari 120 pasien yang mengikuti uji klinis, lebih dari 70% menunjukkan respons positif dalam waktu tiga bulan. Beberapa bahkan mampu melakukan aktivitas sederhana yang sebelumnya mustahil—seperti menggenggam benda kecil, berbicara lebih jelas, atau berdiri tanpa bantuan.
Menurut Dr. Lena Marquez, kepala tim peneliti, hasil ini merupakan lompatan besar dalam dunia neurologi. “Kami belum menyebut ini sebagai ‘obat’ dalam arti penuh, tapi ini adalah langkah paling mendekati penyembuhan yang pernah kami capai dalam dekade terakhir,” ujarnya dalam konferensi pers.
Apa Artinya untuk Masa Depan?
Penemuan ini bukan hanya berarti harapan bagi jutaan pasien dan keluarga mereka, tapi juga membuka pintu bagi pengembangan pengobatan serupa untuk gangguan neurologis lainnya seperti Parkinson, Alzheimer, bahkan cedera tulang belakang permanen.
Meskipun masih diperlukan tahapan lanjutan sebelum pengobatan ini tersedia secara luas, dunia medis menyambut hasil ini dengan antusiasme tinggi. Banyak yang menyebutnya sebagai "cahaya di ujung terowongan" setelah bertahun-tahun penuh ketidakpastian.
Kesimpulan
Penemuan ini menjadi bukti bahwa ilmu pengetahuan terus bergerak maju, bahkan untuk penyakit yang sebelumnya dianggap sebagai vonis mati. Dengan kerja keras para ilmuwan dan kemajuan teknologi medis, masa depan yang lebih cerah kini tampak nyata bagi penderita penyakit saraf di seluruh dunia.
