Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Search Topics

Bahaya Jet Lag Kronis: Studi Tikus Ungkap Hubungan dengan Kanker Hati

Jet lag sering dianggap sebagai gangguan sementara yang hanya menyebabkan rasa kantuk, kelelahan, atau gangguan tidur setelah bepergian lintas zona waktu. Namun, penelitian terbaru mengungkap fakta yang jauh lebih mengkhawatirkan. Studi pada model hewan—khususnya tikus laboratorium—menunjukkan bahwa jet lag kronis dapat meningkatkan risiko kanker hati, membuka perspektif baru mengenai pentingnya ritme sirkadian terhadap kesehatan organ vital.

Jet Lag dan Disrupsi Ritme Sirkadian

Jet lag terjadi ketika ritme sirkadian tubuh — yaitu jam biologis internal yang mengatur siklus tidur, makan, dan berbagai proses fisiologis — terganggu secara signifikan. Perubahan waktu yang mendadak membuat tubuh kehilangan sinkronisasi dengan siklus alami siang dan malam, sehingga proses metabolisme, hormon, dan regenerasi sel menjadi kacau.

Jika gangguan ini hanya terjadi sesekali, efeknya bisa pulih dalam beberapa hari. Namun, dalam jangka panjang — seperti pada pekerja shift malam, pelancong rutin, atau individu dengan pola tidur tidak teratur — gangguan ritme ini dapat berdampak sistemik, termasuk pada fungsi hati, yang berperan penting dalam detoksifikasi dan metabolisme.

Temuan Penting dari Studi pada Tikus

Dalam sebuah studi ilmiah yang dilakukan oleh para peneliti kesehatan molekuler, tikus laboratorium yang terpapar kondisi jet lag kronis menunjukkan peningkatan signifikan pada risiko berkembangnya kanker hati. Tikus-tikus ini mengalami perubahan siklus cahaya yang terus-menerus, mirip dengan pola perubahan zona waktu yang ekstrem secara berulang.

Beberapa temuan penting dari studi tersebut antara lain:

  • Peningkatan stres oksidatif pada sel hati, yang menyebabkan kerusakan DNA.
  • Perubahan ekspresi gen yang berkaitan dengan pertumbuhan sel abnormal dan penghambatan sistem kekebalan tubuh.
  • Peningkatan pembentukan sel tumor hati (hepatoseluler karsinoma) setelah beberapa waktu paparan jet lag buatan.
  • Gangguan pada mekanisme perbaikan sel yang seharusnya melindungi tubuh dari perkembangan kanker.

Mengapa Hati Rentan terhadap Gangguan Ritme Sirkadian?

Hati merupakan organ yang sangat bergantung pada irama biologis untuk mengatur aktivitas metaboliknya, termasuk pencernaan lemak, detoksifikasi racun, serta pemrosesan hormon. Ketika jam biologis terganggu, semua proses ini tidak berjalan sinkron, menyebabkan akumulasi senyawa berbahaya dan peradangan kronis, yang merupakan faktor risiko utama kanker hati.

Selain itu, gen sirkadian dalam sel hati berfungsi sebagai regulator penting bagi proses regenerasi dan perlindungan sel. Ketika gen-gen ini terganggu akibat paparan jet lag kronis, potensi pertumbuhan sel abnormal meningkat secara drastis.

Implikasi bagi Manusia

Meski penelitian ini dilakukan pada tikus, temuan tersebut memberi sinyal peringatan penting bagi manusia. Mereka yang sering mengalami gangguan pola tidur atau ritme sirkadian, seperti:

  • Pekerja malam atau sistem shift bergilir
  • Pelancong rutin antar zona waktu
  • Individu dengan insomnia kronis atau pola tidur tidak teratur berisiko mengalami dampak jangka panjang yang lebih serius dari sekadar rasa kantuk — termasuk peningkatan risiko penyakit hati, bahkan kanker.

Langkah Pencegahan: Menjaga Ritme Sirkadian Tetap Seimbang

Untuk menjaga kesehatan hati dan mencegah risiko yang tidak diinginkan, beberapa langkah berikut dapat membantu:

  • Pertahankan pola tidur yang konsisten, meski tidak sedang bepergian.
  • Hindari gangguan cahaya saat tidur, seperti cahaya dari gawai atau lampu terang.
  • Sesuaikan waktu makan dengan siklus harian — hindari makan larut malam.
  • Kelola stres dan aktivitas harian agar tubuh tetap sinkron dengan ritme alamiah.
  • Jika bekerja shift malam, upayakan memiliki jadwal tidur yang tetap dan lingkungan tidur yang tenang serta gelap.