Emerging Adults Mau Mendengar Nasihat, Tapi Perlu Pendekatan yang Tepat, Kata Penelitianl

Banyak orang tua merasa bahwa anak-anak mereka yang sudah beranjak dewasa tak lagi mau mendengarkan nasihat. Namun, sebuah penelitian baru menunjukkan hal yang berbeda: “emerging adults” atau dewasa muda sebenarnya masih terbuka terhadap saran dari orang tua—asal diberikan dengan pendekatan yang tepat.
Istilah emerging adults merujuk pada kelompok usia sekitar 18 hingga pertengahan 20-an, masa transisi antara remaja menuju kedewasaan penuh. Pada tahap ini, banyak individu mulai hidup mandiri, mengeksplorasi identitas, karier, dan hubungan, namun mereka belum sepenuhnya meninggalkan pengaruh keluarga—khususnya orang tua.
Bukan Tidak Mau Mendengar, Tapi Butuh Ruang
Penelitian yang dilakukan oleh para ahli psikologi perkembangan menemukan bahwa dewasa muda memang cenderung menghargai otonomi dan pengambilan keputusan sendiri. Namun, mereka tidak sepenuhnya menolak nasihat, terutama jika hubungan emosional dengan orang tua dibangun atas dasar kepercayaan, penghargaan, dan komunikasi yang terbuka.
Sebaliknya, nasihat yang disampaikan secara memerintah atau bernada menggurui sering kali memicu resistensi. Emerging adults cenderung merasa bahwa cara tersebut mencampuri kebebasan mereka dan menekan proses belajar mandiri yang sedang mereka jalani.
Kunci Penting: Letakkan Dasar Relasi yang Kuat
Penelitian menekankan bahwa fondasi hubungan antara orang tua dan anak dewasa muda sangat berpengaruh terhadap penerimaan nasihat. Jika selama ini komunikasi terbuka, penuh empati, dan saling menghargai sudah terbangun sejak dini, maka nasihat yang datang, bahkan jika tidak diminta, akan tetap diterima dengan terbuka.
Sebaliknya, jika hubungan sejak awal penuh konflik, otoriter, atau minim komunikasi emosional, maka saran sekecil apa pun bisa dianggap sebagai bentuk kontrol dan ditolak secara otomatis.
Bagaimana Cara Memberikan Nasihat yang Diterima?
Berikut beberapa pendekatan yang dianggap efektif menurut hasil studi:
1. Gunakan nada suportif, bukan menghakimi.
Alih-alih berkata, “Kamu harus begini,” lebih baik katakan, “Menurut pengalaman Ayah/Ibu, mungkin ini bisa membantu…”
2. Berikan ruang untuk berdiskusi.
Sampaikan saran sebagai bagian dari percakapan, bukan keputusan sepihak. Tanyakan pendapat mereka terlebih dahulu.
3. Tunjukkan bahwa kamu menghargai kemampuan mereka untuk membuat pilihan.
Ungkapkan kepercayaan bahwa mereka mampu mengambil keputusan bijak, tapi kamu tetap siap mendukung.
4. Pilih waktu dan konteks yang tepat.
Hindari memberi nasihat di tengah suasana tegang atau saat anak sedang stres. Pilih momen ketika suasana hati sedang nyaman dan terbuka.l
5. Jangan selalu memberi solusi—kadang cukup menjadi pendengar.
Kadang, dewasa muda hanya butuh tempat curhat. Bila mereka merasa didengar, mereka akan lebih terbuka menerima nasihat.
Kesimpulan: Nasihat Masih Berarti, Jika Disampaikan dengan Bijak
Meskipun emerging adults tengah berada di fase kemandirian, mereka tetap menghargai peran orang tua sebagai sumber pengalaman dan nilai hidup. Namun cara menyampaikannya yang menentukan apakah nasihat itu akan didengar atau diabaikan.
Dalam era di mana hubungan antargenerasi semakin dinamis, penting bagi orang tua untuk bertransformasi dari sekadar pemberi aturan menjadi partner diskusi yang memberi arahan dengan empati dan hormat.
Jadi, jika kamu adalah orang tua dari seorang dewasa muda, jangan buru-buru menganggap mereka “tidak mau dengar.” Mungkin yang mereka butuhkan bukan hanya nasihat, tapi cara penyampaian yang penuh pengertian dan kepercayaan.