Setelah Peretasan British Library, Akademisi Minta Aset Pengetahuan Diperkuat Keamanannya

British Library mengatakan pemulihan tersebut akan menelan biaya setidaknya £6,0 juta.
Peretasan terhadap British Library baru-baru ini menjadi peringatan serius tentang rentannya institusi penyimpan pengetahuan di era digital. Lembaga yang dikenal sebagai salah satu perpustakaan terbesar dan paling penting di dunia ini mengalami serangan siber yang menyebabkan gangguan signifikan pada layanan publik, serta mengancam akses terhadap jutaan dokumen bersejarah, arsip, dan sumber daya pengetahuan.
Tak butuh waktu lama bagi kalangan akademisi dan pegiat literasi untuk angkat suara. Mereka menyuarakan keprihatinan mendalam dan menyerukan agar aset pengetahuan dunia—yang sering disebut sebagai “permata mahkota” peradaban—mendapat perlindungan digital yang jauh lebih kuat.
Serangan yang Mengguncang Dunia Ilmu
Peretasan terhadap British Library bukan sekadar gangguan teknis. Ini adalah serangan terhadap fondasi pengetahuan manusia. Layanan daring yang biasanya menjadi jembatan bagi pelajar, peneliti, dan masyarakat umum untuk mengakses informasi telah lumpuh. Bahkan, beberapa data digital disebut telah diambil dan dijual di pasar gelap siber.
Kondisi ini membuka mata banyak pihak bahwa bahaya siber bukan hanya ancaman bagi institusi finansial atau pemerintahan, tapi juga bagi institusi ilmu pengetahuan dan budaya.
Akademisi Bersatu: “Lindungi Warisan Pengetahuan Kita”
Setelah insiden ini mencuat, berbagai tokoh akademik menyuarakan kekhawatiran bahwa infrastruktur digital lembaga pengetahuan masih jauh dari kata aman. Mereka menilai bahwa lembaga-lembaga seperti perpustakaan nasional, arsip digital, dan museum kini perlu diperlakukan sama seriusnya seperti sistem perbankan atau pusat data industri.
“Kita berbicara tentang naskah-naskah kuno, catatan sejarah, dan basis data penelitian yang telah disusun selama ratusan tahun. Jika itu hilang atau disalahgunakan, kita kehilangan bagian penting dari jati diri kolektif umat manusia,” ungkap salah satu profesor bidang arsip dan dokumentasi digital.
Mengapa Aset Pengetahuan Harus Jadi Prioritas Keamanan Digital?
- Nilai Tak Tergantikan
Dokumen dan arsip yang tersimpan dalam perpustakaan nasional tidak bisa direplikasi begitu saja. Kehilangannya sama dengan kehilangan sejarah. - Basis Kemajuan Ilmu Pengetahuan
Para peneliti mengandalkan repositori digital untuk mengakses referensi, data, dan literatur ilmiah. Ketika akses ini terganggu, kemajuan riset juga terhambat. - Keterbukaan Akses yang Rentan Disalahgunakan
Institusi pengetahuan seringkali menjunjung tinggi prinsip keterbukaan informasi. Sayangnya, hal ini justru membuat sistemnya lebih terbuka terhadap celah keamanan, jika tidak dibarengi dengan penguatan proteksi digital.
Seruan untuk Reformasi Keamanan Digital
Insiden British Library memicu desakan agar pemerintah, institusi akademik, dan lembaga budaya:
- Mengalokasikan anggaran khusus untuk keamanan siber, bukan hanya untuk pengelolaan konten.
- Membangun sistem backup dan redundansi data yang canggih.
- Menggandeng pakar keamanan digital untuk mengembangkan sistem pertahanan yang tangguh.
- Melatih staf internal dalam literasi keamanan siber, agar risiko dari kesalahan manusia bisa diminimalkan.
Pengetahuan Adalah Warisan. Sudah Saatnya Kita Menjaganya dengan Serius.
Peretasan British Library telah membangunkan banyak pihak dari tidur panjang. Dunia telah menyadari bahwa warisan digital tidak boleh diperlakukan sebagai hal sekunder. Ia adalah cermin sejarah, jantung ilmu pengetahuan, dan bekal masa depan.
Di era ketika informasi begitu mudah diakses namun sekaligus mudah diserang, keamanan aset pengetahuan bukan lagi pilihan—tapi kebutuhan mendesak.