Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Search Topics

Sudah Diet Tapi Gagal? Mungkin Kamu Salah Fokus ke BMI!

skala dan pita pengukur

Banyak orang yang memulai program diet dan olahraga dengan satu tujuan utama: menurunkan berat badan dan mencapai angka BMI ideal. Namun, setelah berbulan-bulan berusaha keras, hasilnya tidak selalu sebanding dengan ekspektasi. Berat badan stagnan, tubuh terasa lelah, dan rasa frustrasi pun muncul. Jika kamu mengalami hal ini, mungkin ada satu hal yang perlu dipertanyakan: apakah fokusmu ke BMI sudah tepat?

Apa Itu BMI dan Mengapa Selalu Dijadikan Patokan?

BMI atau Body Mass Index adalah ukuran sederhana yang digunakan untuk menilai apakah seseorang memiliki berat badan yang ideal berdasarkan tinggi badan. Rumusnya adalah berat badan (kg) dibagi tinggi badan kuadrat (m²).
Hasilnya kemudian dikategorikan:

  • Kurus (<18.5)
  • Normal (18.5–24.9)
  • Kelebihan berat badan (25–29.9)
  • Obesitas (≥30)

Meskipun praktis, BMI tidak menggambarkan komposisi tubuh secara menyeluruh, dan inilah letak masalahnya.

Mengapa BMI Bisa Menyesatkan?

  • Tidak membedakan antara lemak dan otot
    Seseorang dengan massa otot tinggi, seperti atlet atau orang yang rutin olahraga, bisa memiliki BMI tinggi meskipun persentase lemak tubuhnya rendah.
  • Tidak mempertimbangkan distribusi lemak
    Lemak di area perut (visceral fat) lebih berbahaya daripada lemak di paha atau lengan. Namun BMI tidak dapat membedakan hal ini.
  • Setiap tubuh berbeda
    Dua orang dengan BMI yang sama bisa memiliki tingkat kesehatan yang sangat berbeda. Faktor genetik, metabolisme, hormon, dan gaya hidup semuanya ikut berperan.
  • Bisa memicu obsesi terhadap angka
    Fokus berlebihan pada angka BMI bisa membuat seseorang mengabaikan aspek lain yang lebih penting, seperti kekuatan otot, energi tubuh, atau kesehatan mental.

Lalu, Fokus ke Mana yang Lebih Baik?

Daripada hanya terpaku pada BMI, cobalah mengalihkan perhatian ke indikator kesehatan yang lebih menyeluruh:

  • Komposisi tubuh (Body Composition)
    Ukur persentase lemak tubuh dan massa otot. Ini jauh lebih akurat untuk menilai progres kebugaran.
  • Lingkar pinggang
    Ukuran lingkar perut lebih berkaitan erat dengan risiko penyakit jantung, diabetes, dan gangguan metabolik.
  • Kesehatan jantung dan tekanan darah
    Kesehatan tidak hanya soal bentuk tubuh, tapi juga bagaimana organ tubuh berfungsi.
  • Kekuatan dan kebugaran fisik
    Apakah kamu mampu melakukan aktivitas harian dengan mudah? Apakah tubuh terasa lebih bugar dan kuat?
  • Kesejahteraan mental dan kualitas tidur
    Diet sehat seharusnya membuatmu merasa lebih baik secara menyeluruh, bukan sekadar lebih ringan di timbangan.

Kesimpulan: Jadikan Kesehatan sebagai Tujuan, Bukan Angka

Menurunkan berat badan memang penting, terutama jika itu berkaitan dengan kesehatan. Namun, mengejar angka BMI ideal bukanlah satu-satunya cara untuk mencapainya. Tubuh manusia kompleks dan unik, dan patokan kesehatan pun seharusnya lebih dari sekadar angka di kalkulator.

Jadi, jika dietmu terasa tidak berhasil, bisa jadi kamu hanya salah fokus. Coba ubah tujuanmu dari “mengecilkan angka BMI” menjadi “meningkatkan kesehatan dan kualitas hidup”. Hasilnya bisa jadi lebih positif dan bertahan dalam jangka panjang.