Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Search Topics

Benarkah Alzheimer Bisa Menular? Temuan Ilmiah dan Risiko Nyatanya

Selama bertahun-tahun, Alzheimer dikenal sebagai penyakit neurodegeneratif yang disebabkan oleh kerusakan progresif pada sel-sel otak. Penyakit ini umumnya dikaitkan dengan faktor genetik, penuaan, serta pola hidup. Namun baru-baru ini, sejumlah penelitian ilmiah memunculkan pertanyaan yang cukup mengejutkan: apakah Alzheimer mungkin bisa menular dari orang ke orang?

Pertanyaan ini tentu menggugah kekhawatiran masyarakat luas. Namun sebelum muncul kepanikan, penting untuk memahami secara utuh apa yang dimaksud dengan “penularan” Alzheimer, apa temuan ilmiah sebenarnya, dan seberapa besar risikonya dalam kehidupan sehari-hari.


1. Asal Mula Dugaan Alzheimer Bisa Menular

Dugaan tentang potensi penularan Alzheimer berawal dari beberapa studi ilmiah yang meneliti kasus langka pada pasien yang menerima hormon pertumbuhan manusia (human growth hormone/HGH) dari mayat pada tahun 1950–1980-an. Pada sebagian kecil dari mereka, ditemukan penumpukan plak protein beta amiloid di otak, salah satu ciri khas Alzheimer.

Peneliti menyimpulkan bahwa protein penyebab Alzheimer—terutama beta amiloid—bisa saja ditularkan melalui prosedur medis yang melibatkan jaringan otak atau darah yang telah terkontaminasi, mirip dengan mekanisme penyakit prion seperti penyakit Creutzfeldt-Jakob. Namun, kasus ini sangat spesifik dan tidak terjadi melalui kontak biasa, udara, atau hubungan sosial sehari-hari.

2. Protein “Menular” Bukan Berarti Penyakitnya Menular

Hal penting yang harus dipahami adalah bahwa penularan yang dimaksud bukan berarti Alzheimer menyebar seperti virus flu atau COVID-19. Penularan di sini mengacu pada kemungkinan perpindahan protein abnormal dari satu individu ke individu lain melalui prosedur medis tertentu, seperti:

  • Transplantasi jaringan saraf yang terkontaminasi
  • Penggunaan instrumen bedah otak yang tidak disterilkan secara menyeluruh
  • Pemberian hormon pertumbuhan dari sumber manusia (metode yang kini sudah tidak digunakan)

Dalam konteks ini, yang “menular” adalah protein penyebab, bukan penyakit Alzheimer itu sendiri sebagai sebuah kondisi klinis yang kompleks.

3. Risiko Penularan Saat Ini Sangat Rendah

Penting untuk ditekankan bahwa risiko penularan Alzheimer dalam praktik medis modern sangatlah rendah. Hal ini karena:

  • Metode pemberian hormon pertumbuhan dari manusia sudah dihentikan sejak tahun 1985.
  • Sterilisasi alat medis telah meningkat secara signifikan dan mengikuti protokol ketat.
  • Transplantasi jaringan otak tidak lagi dilakukan sembarangan.
  • Belum ada bukti ilmiah yang menunjukkan Alzheimer bisa menular melalui kontak fisik, pernapasan, makanan, atau hubungan sosial.

Para ahli menegaskan bahwa tidak ada alasan untuk khawatir bahwa Alzheimer bisa menyebar dalam kehidupan sehari-hari. Temuan ilmiah ini hanya menjadi dasar untuk memahami lebih dalam mekanisme penyebaran protein abnormal di otak, bukan untuk menciptakan kepanikan.

4. Apa Arti Temuan Ini Bagi Dunia Medis?

Meski risiko penularan rendah, studi ini membuka cakrawala baru dalam penelitian penyakit neurodegeneratif. Peneliti semakin tertarik menelusuri apakah penyakit seperti Alzheimer, Parkinson, dan penyakit neurodegeneratif lainnya juga melibatkan mekanisme penyebaran protein antar sel atau antar jaringan secara serupa dengan penyakit prion.

Jika benar demikian, maka strategi pengobatan dan pencegahan Alzheimer bisa mengalami revolusi, termasuk pengembangan terapi yang menargetkan penyebaran protein abnormal sejak tahap awal.

6. Waspada, Bukan Panik

Studi tentang potensi penularan Alzheimer melalui jalur tertentu memang menarik perhatian, tetapi tidak ada bukti bahwa Alzheimer dapat menular dalam interaksi sosial biasa. Risiko penyebaran secara medis pun telah ditekan secara maksimal dengan kemajuan protokol sterilisasi dan teknik medis modern.

Masyarakat tidak perlu panik, tetapi pemahaman yang lebih baik tentang penyakit ini tetap penting, terutama untuk mendorong deteksi dini, gaya hidup sehat, dan dukungan bagi pasien dan keluarga yang terdampak.